PENDAHULUAN
A.
Asal Usul Kehidupan
Sejak berabad-abad yang lalu hingga
sekarang asal usul kehidupan di bumi menjadi bahan perdebatan , sehingga
menimbulkan beberapa pertanyaan. Misalnya seperti pertanyaan manakah
diantara telur ayam yang lebih dulu ada. Pertanyaan ini sepele tetapi sangat sulit dijawab. Jika ayam lebih dulu ada, berarti kehidupan dimulai dari tahap dewasa kemudian ayam harus menemukan pasasngan hidup agar mampu bertelur. Dan jika telur lebih dulu ada, berarti semua makhluk hidup berasal dari telur atau semacamnya kemudian tumbuh dan dewasa. Namun, dari manakah telur berasal jika tidak ada ayam? Bagaimana bias tercipta ayam jika tidak berasal dari telur? Kedua pertanyaan ini sama dengan pertanyaan “ Dari manakah asal usul kehidupan dan bagaimanakah kehidupan terjadi?”. Banyak teori yang dikemukakan oleh para ahli biologi tentang asal usul kehidupan, tetapi hingga saat ini pun belum ada jawaban yang memuaska. Teori tentang asal usul kehidupan yang pernah berkembang di antaranya teori abiogenesis, teori biogenesis, teori cosmozonic, teori penciptaan, teori evolusi kimia.
diantara telur ayam yang lebih dulu ada. Pertanyaan ini sepele tetapi sangat sulit dijawab. Jika ayam lebih dulu ada, berarti kehidupan dimulai dari tahap dewasa kemudian ayam harus menemukan pasasngan hidup agar mampu bertelur. Dan jika telur lebih dulu ada, berarti semua makhluk hidup berasal dari telur atau semacamnya kemudian tumbuh dan dewasa. Namun, dari manakah telur berasal jika tidak ada ayam? Bagaimana bias tercipta ayam jika tidak berasal dari telur? Kedua pertanyaan ini sama dengan pertanyaan “ Dari manakah asal usul kehidupan dan bagaimanakah kehidupan terjadi?”. Banyak teori yang dikemukakan oleh para ahli biologi tentang asal usul kehidupan, tetapi hingga saat ini pun belum ada jawaban yang memuaska. Teori tentang asal usul kehidupan yang pernah berkembang di antaranya teori abiogenesis, teori biogenesis, teori cosmozonic, teori penciptaan, teori evolusi kimia.
B. Teori Asal Usul Kehidupan
1.
Teori Abiogenesis
Teori ini
menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda tak hidup atau makhluk hidup ada dengan sendirinya. Teori ini dikenal
sebagai teori Generatio Spontae. Tokoh pencetus teori ini yaitu Aristoteles dan
John Nedham.
Pada percobaan
Aristoteles, tanah yang direndam air akan muncul cacing. Pada percobaan Nedham,
kaldu direbus dalam wadah selama beberapa menit, setelah itu wadah ditutup
menggunakan gabus. Setelah beberapa hari, terdapat bakteri dalam kaldu tersebut. Nedham berpendapat
bahwa bakteri berasal dari air kaldu.
2.
Teori Biogenesis
Teori ini
menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup. Tokoh pencetus teori
ini yaitu Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani, dan Louis Pasteur.
3.
Teori Cosmozoic
Teori ini
menyatakan makhluk hidup berasal dari “spora kehidupan” yang berasal dari ruang
angkasa.
4.
penciptaan ( Special Creation)
Teori
ini menyatakan bahwa makhluk hidup diciptakan oleh tuhan seperti apa adanya.
BAB II
TEORI EVOLUSI KIMIA
Ketidakpuasan para Ilmuwan
terhadap apa yang dikemukakan para tokoh teori Abiogenesis maupun Biogenesis
mendorong para Ilmuwan lain untuk terus mengadakan penelitian tentang asal usul
kehidupan. Antara pakar-pakar tersebut antara lain :
Harold Urey, Stanley Miller, dan A.I.Oparin. mereka berpendapat bahwa organisme terbentuk pertama kali di bumi ini berupa makhluk bersel satu. Selanjutnya makhluk tersebut mengalami evolusi menjadi berbagai jenis makhluk hidup seperti Protozoa, Porifera, Coelenterata, Mollusca, dan lain-lain.
Harold Urey, Stanley Miller, dan A.I.Oparin. mereka berpendapat bahwa organisme terbentuk pertama kali di bumi ini berupa makhluk bersel satu. Selanjutnya makhluk tersebut mengalami evolusi menjadi berbagai jenis makhluk hidup seperti Protozoa, Porifera, Coelenterata, Mollusca, dan lain-lain.
Teori
evolusi kimia ini diawali dengan teori terbentuknya bumi dan planet – planet
lain. Teori tersebut diantaranya teori kabut asal ( nebula) dan teori dentuman
besar (big bang). Teori nebula menyatakan bahwa bermiliar tahun yang lalu
bintang – bintang di angkasa dalam keadaan tidak stabil sehingga meledak. Debu
dan gas hasil ledakannya kemudian membentuk kabut asal (nebula). Kabut ini
kemudian memadat lalu meledak dengan dentuman besar (big bang). Hasil dari
ledakan besar tersebut berupa bintang dan planet termasuk bumi.
Semula bumi
diperkirakan berupa gumpalan gas dan debu yang tersusun dari berbagai unsur
seperti oksigen(O2), nitrogen (N2), karbon, silicon,
besi, nikel, dan aluminium. Unsure – unsure tersebut kemudian mencair. Adapun
usur yang lebih berat mengendap dan unsur yang ringan akan membentuk atmosfer.
Kondisi saat itu diperkirakan amat panas dengan suhu 40.000°C – 80.000°C. ketika mulai
mendingin, karbon dan beberapa logam mengembun dan membentuk inti bumi,
sedangkan permukaannya diperkirakan gersang, tandus dan tidak datar. Oleh
karena adanya kegiatan vulkanik, permukaan bumi yang masih lunak itu bergerak
dan berkerut terus menerus sehingga saat kulit bumi menjadi dingin akan tampak
berlipat dan pecah.
Pada saat itu, kondisi atmosfer bumi juga berbeda denagn kondisi saat ini. Gas-gas ringan seperti Hidrogen (H2), Nitrogen (N2), Oksigen (O2), Helium (He), dan Argon (Ar) lepas meninggalkan bumi kerena gaya gravitasi bumi tidak mampu manahannya. Namun senaywa-senyawa sederhana yang mengandung unsure-unsur tersebut, seperti uap air (H2O), Amonia (NH3), Metana (CH4), dan Karbondioksida (CO2). Senyawa sederhana tersebut tetap berbentuk uap dan tertahan dilapisan atas atmosfer. Ketika suhu atmosfer turun sekitar 1000°C berlangsunglah proses pendinginan. Akibatnya, air di atmosfer mengembun dan hujan turun, akhirnya terbentuklah sungai yang mengandung mineral mengalir dari lapisan bumi menuju ke laut.
Pada saat itu, kondisi atmosfer bumi juga berbeda denagn kondisi saat ini. Gas-gas ringan seperti Hidrogen (H2), Nitrogen (N2), Oksigen (O2), Helium (He), dan Argon (Ar) lepas meninggalkan bumi kerena gaya gravitasi bumi tidak mampu manahannya. Namun senaywa-senyawa sederhana yang mengandung unsure-unsur tersebut, seperti uap air (H2O), Amonia (NH3), Metana (CH4), dan Karbondioksida (CO2). Senyawa sederhana tersebut tetap berbentuk uap dan tertahan dilapisan atas atmosfer. Ketika suhu atmosfer turun sekitar 1000°C berlangsunglah proses pendinginan. Akibatnya, air di atmosfer mengembun dan hujan turun, akhirnya terbentuklah sungai yang mengandung mineral mengalir dari lapisan bumi menuju ke laut.
Pada tahun 1920-an, Oparin dan
Haldane mengajukan hipotesis bahwa atmosfer bumi pada zaman purba dapat
menyintesis senyawa organik dari molekul nonorganik purba seprti metana (CH4),
ammonia(NH3), hindrogen(H2), dan air (H2O)
dengan bantuan energi yang ada pada saat itu, seperti energy panas bumi, sinar
matahri, sinar ultraviolet, sinar kosmis, maupun loncatan petir. Hasil sintesis
tersebut berupa molekul – molekul organik yang terkumpul di atas permukaan
perairan seperti sungai, laut, dan danau. Kumpulan molekul – molekul organik
tersebut dinamakan sup purba (sup primodial). Dari sinilah diperkirakan tempat
kehidupan pertama kali muncul. Namun , Oparin dalam hipotesisinya tetap
berpendapat bahwa sangat sulit mempertimbangkan mekanisme transformasimolekul
organic sebagai benda tak hidup menjadi makhluk hidup.
Tahap –
tahap evolusi kimia sebagai berikut.
1.
Terbentuknya senyawa kimia organic sederhana zat – zat anorganik
dengan bantuan energy alam seperti H2O + H2 + NH3 + CH4 urea, formaldehid, asetat, dan
sebagainya.
2.
Terbentuknya senyawa kimia yang lebih kompleks
sebagai berikut.
Urea, formaldehid, asetat dan sebagainya asam amino, glukosa, nukleotida,
dan asam lemak.
3.
Terbentuknya senyawa kompleks melalui
polimerisasi senyawa monomer organik.
a.
Asam amino polimer protein
b.
Glukosa polimer amilum, selulosa
c.
Asam lemak +
gliserol lemak
d.
Nukleotida RNA
4.
Molekul – moleku sederhana dan molekul polimer
bergabung membentuk agregat seluler. Beberapa molekul memiliki fungsi secara
structural. Selain itu, beberapa molekul menjadi substrat reaksi yang dapat
menghasilkan energy bagi reaksi – reaksi sintesis.
5.
Beberapa nukleotida mengalami polimerisasi
menjadi RNA yang bertindak sebagai enzim untuk sintesi dan mengarahkan jalannya
reaksi dalam kompartemen (koaservat atau ptotobion).
6.
RNA bertindak sebagai molekul pembawa informasi
genetis.
7.
Reaksi – reaksi kimia agregat terjebak dalam
sekat hidrofobik (lemak) yang akan menjadi bakal seluler.
Secara sederhana, hipotesis Oparin dan
Haldane digambarkan dalam skema berikut.
Dalam atmosfer purba
Pada 1953,
hipotesis Oparin dibuktikan oleh Stanley Miller dan Harold Urey dengan
melakukan percobaan di laboratorium. Percobaan tersebut dikenal dengan
eksperimen Miller-Urey. Dalam percobaan Miller-Urey,gas – gas anorganik purba
seperti molekul air, metana, amonia, hidrogen, dan sianida diletekan dala
tabung steril. Selanjutnya, tabung steril tersebut diberi loncatan listrik
sebagai pengganti energi alam (halilintar dan sinar kosmis). Akhirnya terbentuk
senyawa organic sederhana seperti yang disebut Oparin dan Haldane.
Berdasarkan
hasil percobaannya, Millerdan Urey berhasil membuktikan bahwa asam amino
(prekursor protein) terbentuk dari metana(CH4), amonia(NH3),
hydrogen (H2), dan air (H2O) yang merupakan senyawa
anorganik purba. Senyawa yang analog dengan senyawa atmosfer bumi purba
digunakan untuk membuat 20 asam amino, asam lemak, beberapa jenis gula monomer,
purin, pirimidin, bahkan ATP. Senyawa penyusun polimer ini telah terkumpul
sejak zaman sebelum ada kehidupan. Teori evolusi kimia ini akan berkembang
menjadi teori biologi.
Miller dan
Urey memang telah membuktikan dengan eksperimen bahwa interaksi antara metana,
ammonia, air, dan hydrogen, dapat membentuk asam amino yang merupakan substansi
dasar sel hidup. Akan tetapi, Miller dan Urey tetap belum bisa menjelaskan
proses munculnya sel hidup yang pertama.
BAB III
TEORI EVOLUSI BIOLOGI
Evolusi
biologi dimulai saat pembentukan sel. Teori evolusi biologi menyatakan bahwa
makhluk hidup pertama merupakan hasil evolusi molekul anorganik ( evolusi
kimia) yang akhirnya berkembang menjadi struktur kehidupan (sel). Asam amino
yang terbentuk dari evolusi kimia akan bergabung membentuk makromolekul. Teori
ini dibuktikan oleh Sydney W. Fox dengan melakukan eksperimen mencampur
berbagai asam amino dan berbagai monomer kemudian memanaskannya. Pemanasan
tersebut dapat membentuk makromolekul-makromolekul melalui proses polimerisasi.
Fox menyebut hasil polimerisasi dengan protenoid. Apabila ptotenoid dicampur
dengan air dingin maka akan terbentuk kumpulan protenoid yang menyusun tetesan
kecil yang disebut mikrosfer. Mikrosfer memiliki membrane yang bersifat selektif permeable sehingga mikrosfer akan mengalami
pembengkakan atau penyusutan secara osmosis jika berada dalam larutan garam
dengan kadar garam yang berbeda-beda. Dengan demikian mikrosfer memiliki sifat
hidup tetapi belum dikatakan hidup.
Koaservat
merupakan tetesan koloid yang terbentuk saat larutan protein, asam nukleat, dan
polisakarida dikocok. Koaservat cenderung terbentuk pada suspensi makromolekul
(polimer). Setiap koaservat merupakan agregat makromolekul yang tidak suka air
(hidrofobik). Setiap koaservat tersebut dikelilingi dan distabilkan oleh
molekul air.
Substansi
dalam koaservat dapart membentuk enzim yang berperan dalam pengambilan bahan
dari lingkungan yang digunakan sebagai bahan pembentuk tubuh dan membebaskan
produk hasil katalis enzim. Deretan molekul-molekul lipid dan protein yang
membatasi koaservat dengan lingkungan luar sekitarnya, telah dianggap sebagai
selaput sel primitif. Selaput sel primitif ini berperan dalam pengaturan
pertukaran substansi antara koaservat dan lingkungan sekitarnya. Koaservat
dengan selaput lipid dan protein merupakan tipe sel primif yang disebut
protobion.
Protobion
yang memiliki komposisi organik yang mengandung lipid tertentu dinamakan
liposom. Pada liposom dilapisi oleh dua lapisan molekul lipid.
Terdapat
hipotesis mengenai terbentuknya RNA
sebagai materi genetik pertama. Menurut hipotesis itu, miliaran tahun yang lalu
sebuah molekul RNA dapat mereplikasi secara kebetulan. RNA tersebut dapat
menyintesis protein dengan pengaktifan oleh lingkungan. Protein tersebut
berperan sebagai enzim yang membantu replikasi RNA. Selanjutnya, diperlukan
molekul kedua untuk menyimpan materi genetic yaitu DNA. Transisi dari dunia RNA
ke dunia DNA terjadi karena DNA merupakan tempat penyimpanan informasi genetik
yang lebih stabil dari pada RNA. DNA terbentuk dari rantai RNA yan berfungsi
sebagai rantai cetakan. Setelah terbentuk DNA, RNA kemudian berperan sebagai
molekul intermediet pada tahap sintesis protein.
Dugaan
ini didasarkan pada unit protobion yang mengandung informasi genetic akan
tumbuh dan membelah diri untuk membagikan salinann gen-gen pada protobion
anakan. Kemudian, protobion akan menjadi sel primitive yang disebut protosel.
Protosel kemudian akan membentuk sel awal yang merupakan permulaan dari
organisme seluler. Organisme awal yang
terbentuk diperkirakan bersifat prokariotik anaerob dan heterotrof. Hal ini
karena belum terdapat oksigen di atmosfer purba bumi dan tersedianya bahan
organic. Organisme ini berkembang ke arah bakteri hasil fotosintesis autotrof
yang mampu berfotosintesis dan menghasilkan oksigen.
BAB IV
KONSEP HIDUP
Suatu benda dikatakan hidup jika mampu menunjukkan ciri-ciri kehidupan yaitu : memerlukan nutrisi, bergerak, bernafas, tumbuh dan berkembang, melakukan ekskresi/ pengeluaran sisa-sisa metabolism, berkembang biak, peka terhadap rangsangan (iritabilita), koordinasi, dan adaptasi.
DAFTAR PUSTAKA
Biologi
Kelas XII:2012 Asal Usul Kehidupan. Klaten: PT Intan Pariwara
Detik
Detik Ujian Nasional:2012 Teori Evolusi Biologi.Klaten: PT Intan Pariwara
rizkypau.blogspot.com/2012/12/teori-evolusi-biologi.html
Sudarno.1994.Biologi.Surakarta:PT
Pabelan Surakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar